Ads 468x60px

Rabu, 14 Maret 2012

Penggabungan Zona Waktu di Indonesia

Penggabungan Zona Waktu di Indonesia

 

Penggabungan zona waktu Indonesia menjadi topik berita unik kali ini, memang bagi sebagian orang tidak tahu apakah sebenarnya yang dimaksudnya pada judul saya kali ini. Rencana penggabungan zona waktu Indonesia tidak akan memengaruhi gejala astronomi di alam semesta. Hal itu juga tidak memengaruhi penetapan sejumlah jadwal ibadah umat Islam yang didasarkan pada perputaran bumi, bulan, dan matahari. “Hanya ada pergeseran penunjuk waktu saja, yang berupa jam. Untuk waktunya sendiri tidak akan berubah karena fenomena alam terjadi seperti biasa,” kata Direktur Observatorium Bosscha, Dr. Mahasena Putra saat ditemui di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, kemarin. Mahasena menyampaikan hal itu ketika menanggapi rencana pemerintah menggabungkan tiga zona waktu di Indonesia menjadi satu zona waktu yang berpatokan kepada waktu Indonesia tengah (Wita). Dengan demikian, waktu Indonesia barat mundur satu jam, sementara waktu Indonesia timur menjadi satu jam lebih awal. Mahasena menjelaskan, jadwal ibadah umat Islam seperti salat 5 waktu bukan ditentukan berdasarkan penunjuk waktu, melainkan berdasarkan rotasi bumi terhadap matahari. Waktu zuhur misalnya, terjadi saat matahari berada di atas kepala kita yang kini bertepatan dengan penunjuk waktu sekitar pukul 12.00 WIB. Contoh lain yaitu waktu Magrib ditentukan berdasarkan waktu terbenamnya matahari yang terjadi sekiar pukul 18.00 WIB. “Jika pemerintah jadi memberlakukan ketentuan itu, tidak akan mengubah masuknya waktu salat. Misalnya, waktu Subuh tetap masuk saat terbit fajar. Hanya saja, jika biasanya Subuh masuk jam setengah lima, nanti jadi jam setengah enam. Itu saja,” tuturnya. Hal serupa juga berlaku terhadap penentuan tanggal 1 Ramadan dan 1 Syawal yang sering diperdebatkan. Menurut Mahasena, metode penentuan awal Ramadan dan Idulfitri itu tetap berdasarkan peninjauan hilal pada akhir bulan. Penggabungan zona waktu Indonesia tidak akan mengubah penetapan hari pertama puasa dan Hari Raya Idul Fitri. Sebab, penggabungan zona waktu tersebut hanya berselisih jam, bukan hari. “Penentuan 1 Ramadan dan 1 Syawal itu kan dilakukan setelah melihat hilal setelah matahari terbenam. Jika hilal sudah tampak, berarti sudah masuk awal puasa atau hari raya,” katanya. Penentuan zona waktu di dunia, kata Mahasena, memang berpatokan pada Greenwich mean time (GMT) di London, Inggris. Berdasarkan kesepakatan dunia, daerah Greenwich ditetapkan sebagai titik 0 derajat yang menjadi standar penunjuk waktu di seluruh dunia. Dari 360 derajat bola dunia, setiap wilayah memiliki perbedaan 15 menit dari GMT untuk setiap derajatnya. Di Indonesia, sejumlah daerah memiliki tiga perbedaan waktu, yakni 7 jam GMT (GMT+7) untuk bagian barat, GMT+8 untuk bagian tengah, dan GMT+9 untuk bagian timur.

0 komentar:

Posting Komentar

Bookmarks